Artikel Kesehatan (Pengaruh Sosial Budaya pada Perilaku Merokok Remaja di Indonesia: Dampak Kesehatan dan Implikasinya)

facebook sharing button
twitter sharing button
whatsapp sharing button
telegram sharing button
gmail sharing button
sharethis sharing button

Pengaruh Sosial Budaya pada Perilaku Merokok Remaja di Indonesia: Dampak Kesehatan dan Implikasinya

Oleh : Yuniko Ibnu Latif

 

Perilaku merokok di kalangan remaja Indonesia menjadi isu kesehatan yang serius, dengan prevalensi mencapai 7,2%. Angka ini lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, menunjukkan bahwa masalah ini perlu mendapat perhatian khusus. Data terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019 mengungkapkan bahwa sekitar 19,2% pelajar di Indonesia menghisap tembakau, dengan 35,6% anak laki-laki dan 2,9% anak perempuan menggunakan produk tembakau1. Meskipun ada sedikit penurunan pada tahun 2021, di mana persentase penduduk berusia 15-19 tahun yang merokok turun menjadi 9,98%, tantangan besar masih tetap ada2. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan bahwa persentase penduduk berusia di atas 15 tahun yang merokok mencapai 28,62%, naik 0,36% dari tahun sebelumnya3. Fenomena ini menekankan perlunya intervensi berkelanjutan untuk mengatasi masalah ini. Faktor-faktor sosial budaya memainkan peran penting dalam perilaku merokok remaja, yang berpengaruh besar terhadap kecenderungan mereka untuk mulai merokok.

Faktor-faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja

1.      Pengetahuan

Meskipun 59,51% remaja memiliki pengetahuan yang memadai tentang efek merokok pada kesehatan, kesadaran ini sering kali tidak diikuti dengan tindakan nyata untuk menghindari rokok. Pengetahuan tentang bahaya merokok perlu didukung oleh pendidikan dan kampanye yang lebih intensif untuk mengubah sikap dan perilaku remaja4.

2.      Pengaruh Keluarga

Pengaruh keluarga sangat besar dalam membentuk perilaku merokok remaja. Sebanyak 69,33% remaja yang merokok memiliki anggota keluarga yang juga merokok di rumah. Kehadiran perokok dalam keluarga sering kali dianggap sebagai normalisasi perilaku tersebut, yang membuat remaja lebih rentan untuk mencoba dan mengadopsi kebiasaan merokok4.

3.      Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial, termasuk teman sebaya dan komunitas, sangat berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Remaja yang berada di lingkungan yang bebas dari merokok memiliki kecenderungan lebih rendah untuk mulai merokok. Sebaliknya, teman sebaya yang merokok dapat meningkatkan risiko remaja untuk ikut-ikutan merokok. Selain itu, eksposur terhadap iklan rokok dan promosi produk tembakau juga berperan dalam membentuk budaya merokok di kalangan remaja5.

Dampak Merokok pada Remaja

Perilaku merokok memiliki dampak yang signifikan pada remaja, baik dari segi kesehatan maupun sosial budaya. Berikut adalah beberapa dampak utama yang diakibatkan oleh perilaku merokok di kalangan remaja :

1.      Kesehatan

Merokok berdampak negatif pada kesehatan remaja, termasuk risiko penyakit jantung, gangguan pernapasan, dan kanker. Bahan kimia dalam rokok seperti nikotin, karbon monoksida, dan tar dapat merusak organ tubuh dan sistem saraf pusat4.

2.      Sosial dan Budaya

Perilaku merokok dapat mempengaruhi hubungan sosial dan status sosial remaja. Dalam beberapa budaya, merokok bisa dianggap sebagai tanda kedewasaan atau maskulinitas, yang bisa memperkuat norma budaya negatif6.

Upaya Pengendalian

Untuk mengatasi masalah perilaku merokok di kalangan remaja, diperlukan berbagai upaya pengendalian yang terintegrasi. Beberapa strategi penting yang dapat diterapkan meliputi:

1.      Edukasi Kesehatan

Pendidikan kesehatan dan kampanye anti-rokok perlu ditingkatkan. Edukasi yang tepat dapat mengubah persepsi dan perilaku remaja terhadap merokok.

2.      Kebijakan dan Regulasi

Larangan merokok di tempat umum dan penegakan hukum yang ketat harus diperkuat. Kawasan tanpa rokok di sekolah dan tempat umum dapat mengurangi eksposur remaja terhadap asap rokok.

3.      Integrasi Informasi Bahaya Rokok pada Kurikulum Sekolah

Mengintegrasikan informasi tentang risiko merokok dalam kurikulum sekolah dan  program pelatihan untuk tenaga kesehatan peduli remaja akan memastikan bahwa  aspek kesehatan ini tercakup secara luas7.

4.      Layanan Konseling di Sekolah untuk Mendukung Berhenti Merokok pada Siswa

Melakukan dukungan penghentian merokok dengan menyediakan layanan konseling  dan dukungan psikososial yang rutin untuk remaja yang ingin berhenti merokok di  pusat kesehatan sekolah secara luring mau pun daring. Upaya ini merupakan  penerapan di lingkungan sekolah dari program Layanan Konseling Bebas Biaya  yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan8.

Melalui pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor sosial budaya dan dampak dari perilaku merokok, serta penerapan strategi pengendalian yang efektif, diharapkan prevalensi merokok di kalangan remaja Indonesia dapat berkurang secara signifikan.

Mari jaga kesehatan keluarga kita dan hindari merokok!


Referensi :

1.      World Health Organization. (2020). Global Youth Tobacco Survey : Lembar Informasi Indonesia 2019.

2.      Pahlevi, Reza. (2022). Persentase Perokok Usia 15-19 Tahun Turun pada 2021. Diakses pada 25 Mei 2024, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/03/persentase-perokok-usia-15-19-tahun-turun-pada-2021

3.      Rizaty, Monavia Ayu. (2023). Data Persentase Perokok di Indonesia (2015-2023). Diakses pada 25 Mei 2024, dari https://dataindonesia.id/kesehatan/detail/data-persentase-perokok-di-indonesia-20152023

4.      Wirawati, D., & Sudrajat. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di kalangan remaja. Jurnal Holistik, 2021 : 518-524.

5.      Wijaya, Devy Riyanti Adi., Gayatri, Maya Icha., Handayani, Lina. Literature Review: Lingkungan Sosial dan Perilaku merokok pada Remaja. Jurnal Cakrawala Promkes, 2022, Vol. 4, No. 1 : 31-39.

6.      Ramdani, Famelasari Fitria., Karjoso, Tri Krianto. (2022). Faktor sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut remaja (Systematic Review). JDHT Journal of Dental Hygiene and Therapy Volume 3, Nomor 2 Tahun 2022 : 61-67

7.      Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Diakses pada 21 April 2024 dari https://platform.who.int/docs/default-source/mca-documents/policy-documents/guideline/IDN-AD-17-04-GUIDELINE-2014-ind-Guideline-of-National-Standard-for-Teenager-Caring-Health-Service.pdf.

8.      Kementerian Kesehatan RI. (2017). Ingin Berhenti Merokok? Hubungi Layanan Konseling Bebas Biaya 0-800-177-6565. Diakses pada 30 April 2024 dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20170515/1420834/ingin-berhenti-merokok-hubungi-layanan-konseling-bebas-biaya/