Artikel Kesehatan (Krisis Kesehatan Mental Melanda Generasi Z , Apakah “Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)” Masih Efektif dalam Menjaga Kesehatan Mental Para Penerus Bangsa Indonesia?)
Krisis
Kesehatan Mental Melanda Generasi Z , Apakah “Program
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)” Masih Efektif dalam Menjaga
Kesehatan Mental Para Penerus Bangsa Indonesia ?
Oleh
Juki I Lumbantoruan
Masa
remaja merupakan periode krusial untuk membentuk kebiasaan sosial dan emosional
yang esensial bagi kesehatan mental. Ini mencakup penerapan pola tidur yang
sehat, rutin berolahraga, pengembangan keterampilan menghadapi masalah,
pemecahan masalah, dan keterampilan interpersonal, serta belajar mengelola
emosi. Lingkungan yang mendukung dan melindungi di rumah, sekolah, dan
masyarakat sangat penting dalam proses ini. Secara global, diperkirakan 1 dari
7 (14%) anak usia 10–19 tahun mengalami kondisi kesehatan mental, namun
sebagian besar kondisi ini masih belum diketahui dan diobati. Remaja dengan
kondisi kesehatan mental sangat rentan terhadap pengucilan sosial,
diskriminasi, stigma (yang mempengaruhi kesiapan untuk mencari bantuan),
kesulitan pendidikan, perilaku mengambil risiko, kesehatan fisik yang buruk,
dan pelanggaran hak asasi manusia.
Bloomberg,
sebuah penelitian menunjukkan bahwa krisis kesehatan mental sedang melanda
kalangan anak muda di Inggris, menyebabkan banyak dari mereka tidak mampu
bekerja dan mengancam masa depan satu generasi jika tidak segera ditangani.
Badan ini melaporkan bahwa pada periode 2021-2022, lebih dari seperempat
kelompok usia 18-24 tahun mengalami gejala masalah kesehatan mental seperti
depresi, kecemasan, dan bipolar, meningkat hampir seperempat dari tahun 2000.
Badan ini juga mencatat bahwa lebih dari 500 ribu orang dalam kelompok ini
mengonsumsi obat antidepresan. Jumlah anak-anak yang dirujuk ke layanan
kesehatan mental darurat di Inggris telah meningkat lebih dari 50% dalam tiga
tahun terakhir, menurut data yang menunjukkan dampak dari daftar tunggu yang
panjang untuk perawatan reguler di National Health Service (NHS).
Menurut analisis data resmi oleh Royal College of Psychiatrists,
terdapat 32,521 rujukan darurat dan mendesak ke tim krisis layanan kesehatan
mental anak dan remaja pada tahun 2022-23. Angka ini meningkat dari 21.242 pada
tahun 2019-20, sebelum pandemi Covid. Dengan peningkatan ini, lebih dari 600
anak-anak dengan kondisi kesehatan mental yang semakin memburuk setiap
minggunya telah mencapai titik krisis.
Indonesia
National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS),
survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur prevalensi gangguan
mental pada remaja berusia 10 – 17 tahun di Indonesia, menemukan bahwa satu
dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental sementara satu
dari dua puluh remaja Indonesia mengalami gangguan mental dalam kurun waktu 12
bulan terakhir. Jumlah ini setara dengan sekitar 15,5 juta remaja yang
mengalami masalah kesehatan mental dan sekitar 2,45 juta remaja yang
didiagnosis mengalami gangguan mental. Remaja dalam kategori ini adalah mereka
yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan kriteria yang tercantum
dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima
(DSM-5), yang menjadi pedoman untuk diagnosis gangguan mental di Indonesia.
Remaja yang mengalami gangguan mental
mengalami hambatan atau kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari akibat
gejala gangguan mental yang mereka alami. Hanya
2,6% dari remaja yang mengalami masalah kesehatan mental menggunakan layanan
kesehatan mental atau konseling untuk membantu mereka mengatasi masalah emosi
dan perilaku mereka dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Persentase ini masih
sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah sebenarnya remaja yang memerlukan
bantuan untuk mengatasi masalah mental mereka. Sebagai perbandingan, hampir 20%
dari total populasi Indonesia berusia 10 – 19 tahun, menjadikan populasi remaja
memiliki peran krusial dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam mencapai
bonus demografi dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
PKPR, sebuah program pemerintah yang ditujukan
untuk remaja, menunjukkan pentingnya perhatian terhadap kesehatan remaja yang
harus diperhatikan oleh orangtua. Kepanjangan PKPR adalah Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja, dan program ini diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) di
tingkat Kabupaten/Kota bersama dengan Dinkes tingkat provinsi untuk memberikan
layanan kesehatan kepada remaja usia 10-19 tahun. Program PKPR telah dijalankan
secara rutin sejak tahun 2003 dan dilaksanakan di lapangan oleh Puskesmas.
Program yang dijalankan oleh PKPR
Program PKPR yang dijalankan oleh Puskesmas PKPR adalah :
-
Pelayanan konseling kepada semua remaja yang memerlukan konseling yang
kontak dengan petugas Kesehatan
-
Membina minimal 1 sekolah (sekolah umum; sekolah berbasis
agama) dan Melakukan KIE 2 kali setahun
-
Melatih KKR/konselor sebaya 10% jumlah murid di sekolah binaan
Layanan Kesehatan yang tersedia
Secara keseluruhan, semua masalah yang dapat diatasi oleh Puskesmas di tingkat
pelayanan dasar juga dapat diatasi di Puskesmas PKPR. Beberapa layanan yang
disediakan oleh PKPR meliputi:
1. Pemeriksaan Kehamilan
bagi remaja
2. Konseling semua masalah
Kesehatan Reproduksi dan Seksual
3. Konsultasi mengenai
masalah kejiwaan
4. HIV&AIDS
5. Infeksi Menular Seksual
(IMS)
6. Anemia
Bagaimana Remaja Mengakses Puskesmas PKPR
Proses akses terhadap layanan PKPR dimulai
dengan kunjungan ke Puskesmas. Ini melibatkan proses pendaftaran, antrian, dan
penerimaan layanan. Penting untuk dicatat bahwa belum semua Puskesmas PKPR
menyediakan layanan terpisah untuk remaja. Sebagian besar layanan remaja masih
tergabung dengan layanan umum. Selain itu, jam operasional Puskesmas sering
kali bertepatan dengan jam sekolah. Bagi remaja yang masih bersekolah, hal ini
dapat menjadi hambatan dalam mengakses layanan. Beberapa Puskesmas telah
memperkenalkan layanan konseling melalui media komunikasi, yang memungkinkan
remaja untuk membuat janji terlebih dahulu untuk mendapatkan layanan.
Tantangan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Beberapa tantangan dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) telah
diidentifikasi melalui berbagai studi dan laporan :
-
Keterbatasan akses ,pemanfaatan serta sarana dan prasarana
Meskipun PKPR dirancang
untuk mudah diakses, masih ada remaja yang tidak memanfaatkan layanan ini
secara optimal. Di daerah-daerah terpencil, seperti Maluku dan Papua, rasio
tenaga Kesehatan terhadap pasien sangat rendah. Fasilitas yang tersedia di
beberapa puskesmas mungkin tidak mencukupi untuk mendukung pelaksanaan program
PKPR secara penuh. Untuk menangani permasalahan ini, diperlukan upaya yang
lebih besar dari pemerintah dan lembaga terkait untuk memastikan bahwa
semua remaja memiliki akses yang setara
terhadap layanan Kesehatan mentak dan
untuk mengurangi ketidaksetaraan tersebut.
Program ini bertujuan
untuk melibatkan remaja sebagai konselor sebaya, namun belum semua puskesmas
berhasil membentuk tim konselor sebaya yang efektif. Walaupun pemerintah telah meningkatkan akses
ke berbagai fasilitas kesehatan, hanya sedikit remaja yang mencari bantuan
profesional untuk masalah kesehatan mental mereka. Rendahnya literasi kesehatan
mental di kalangan remaja dapat menjadi hambatan bagi mereka dalam
mengidentifikasi masalah psikologis yang mereka alami dan mencari bantuan yang
sesuai. Konselor sebaya tidak dapat menggantikan
peran psikolog, psikiater, atau profesional kesehatan mental lainnya. Ketika
menghadapi masalah yang serius, konselor sebaya akan merujuk individu tersebut
kepada profesional yang memenuhi standar yang dibutuhkan
-
Pelatihan Tenaga Kesehatan yang belum memadai
Beberapa puskesmas belum
menyediakan pelatihan yang cukup bagi tim PKPR, yang penting untuk memastikan
kualitas layanan. Pelatihan ini penting untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan dukungan
yang efektif dan empatik kepada individu dengan gangguan mental. Ini juga
membantu dalam mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan
mental remaja di masyarakat. Termasuk
juga pemerataan tenaga medis yang mumpuni di bidangnya seperti psikiater remaja
dan psikiater klinis.
-
Kemitraan yang kurang
PKPR memerlukan kerjasama
dengan berbagai pihak, namun kemitraan yang kuat seringkali belum terbentuk.
Keterlibatan Stakeholder sangat diperlukan, terdapat kebutuhan untuk melibatkan
berbagai pihak, termasuk lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan
komunitas, namun seringkali keterlibatan ini tidak optimal.
-
Promosi Kesehatan Mental Remaja
Promosi kesehatan mental
remaja adalah upaya penting untuk mendukung kesejahteraan dan pengembangan yang
sehat di kalangan generasi muda. Penting untuk mengakui bahwa setiap remaja
adalah unik, dan pendekatan yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan
individu mereka. Dengan demikian, promosi kesehatan mental harus inklusif,
menghargai keberagaman, dan memperhatikan kebutuhan khusus dari setiap remaja
-
Kurangnya Dukungan Keluarga
Kurangnya dukungan
keluarga dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental
remaja. Kurangnya komunikasi terbuka antara remaja dan anggota keluarga dapat
menghambat pemahaman tentang masalah kesehatan mental yang mereka hadapi.
Dukungan keluarga yang kuat dan responsif sangat penting untuk membantu remaja
menghadapi tantangan kesehatan mental dan membangun ketahanan untuk masa depan
merek
-
Pemantauan dan evaluasi yang terbatas: Proses pemantauan dan evaluasi program PKPR
belum optimal, yang dapat mempengaruhi peningkatan kualitas layanan. Diperlukan
evaluasi yang menyeluruh dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa program PKPR
dapat mencapai tujuan nasionalnya, yaitu meningkatkan kesehatan fisik dan
mental remaja di Indonesia. Ini melibatkan peningkatan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan program, serta pengembangan kapasitas personel dan
peningkatan fasilitas dan sumber daya yang tersedia.
Kesimpulan
Masa
remaja adalah periode penting untuk membentuk kebiasaan sosial dan emosional
yang esensial bagi kesehatan mental. Remaja yang mengalami gangguan mental
mengalami hambatan atau kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari akibat
gejala gangguan mental yang mereka alami. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) adalah program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesehatan remaja,
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota bersama dengan
Dinas Kesehatan Provinsi, untuk remaja usia 10-19 tahun. Dalam prosesnya masih
banyak tantangan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) diantaranya
Keterbatasan akses , pemanfaatan serta sarana dan prasarana, Kurangnya konselor
sebaya, Pelatihan Tenaga Kesehatan yang belum memadai, Kemitraan yang kurang,
Promosi Kesehatan Mental Remaja, Kurangnya Dukungan Keluarga, serta Pemantauan
dan evaluasi yang terbatas. Harapannya semoga dimasa yang akan datang
Keterlibatan Remaja disertakan untuk
Mendorong partisipasi aktif remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program PKPR untuk memastikan bahwa layanan sesuai dengan kebutuhan
mereka , sehingga terciptanya remaja sehat secara fisik dan mental mewujudkan
visi Indonesia Emas 2045.
Referensi
Anggraini, N.
(2023). Healthcare Access and Utilization in Rural Communities of Indonesia.
Journal of Community Health Provision, 3(1), 14-19. https://doi.org/10.55885/jchp.v3i1.21
diakses 10 Juni 2024
Bloombergtechnoz.2024. Kaum Muda Inggris Krisis Kesehatan Mental,
Masa Depan Terancam. https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/30772/kaum-muda-inggris-krisis-kesehatan-mental-masa-depan-terancam diakses 9 Juni 2024
Indonesia
National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS). 2022. Hasil Survei
I-NAMHS: Satu dari Tiga Remaja Indonesia Memiliki Masalah Kesehatan Mental .
https://ugm.ac.id/id/berita/23086-hasil-survei-i-namhs-satu-dari-tiga-remaja-indonesia-memiliki-masalah-kesehatan-mental/
diakses 9 Juni 2024
Kementerian
Kesehatan .2024. WHO Rilis Prinsip Konten Kesehatan Mental Pemuda. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240506/3345413/who-rilis-prinsip-konten-kesehatan-mental-pemuda/
diakses 9 Juni 2024
Kementerian
Kesehatan .2024.
Mengenal Pentingnya Kesehatan Mental pada Remaja. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/362/mengenal-pentingnya-kesehatan-mental-pada-remaja
diakses 9 Juni 2024
Pkm-tarogong.garut.
2018. Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja. http://pkm-tarogong.garutkab.go.id/2018/07/pkpr-pelayanan-kesehatan-ramah-remaja.html#:~:text=Apa%20itu%20PKPR%20%3F,Provinsi%2C%20untuk%20melayani%20kesehatan%20remaja. diakses 10
Juni 2024
Ourbetterworld.org.2019. Kesehatan Mental di Asia: Angka. https://www.ourbetterworld.org/series/mental-health/support-toolkit/mental-health-asia-numbers?gad_source=1&gclid=CjwKCAjwyJqzBhBaEiwAWDRJVMfvMJKy0KWo8NE3B6n6jyQ-4od_j2idrQZ1GGtctuM886YyBB8VVBoCbloQAvD_BwE&type=resource diakses 9 Juni
2024
Theguardian. 2024. Rujukan darurat kesehatan mental anak-anak di
Inggris melonjak sebesar 53%. https://www.theguardian.com/society/2024/feb/07/childrens-emergency-mental-health-referrals-in-england-soar-by-53 diakses 9 Juni 2024
UPTD PKM Rawat Inap Sukadamai. 2022. Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja . https://pkmrisukadamai.lampungselatankab.go.id/pelayanan-kesehatan-peduli-remaja diakses 10 Juni 2024
WHO. 2021. Mental health of adolescents. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/adolescent-mental-health diakses 10 Juni 2024