Artikel Kesehatan (Krisis Kesehatan Mental Melanda Generasi Z , Apakah “Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)” Masih Efektif dalam Menjaga Kesehatan Mental Para Penerus Bangsa Indonesia?)

facebook sharing button
twitter sharing button
whatsapp sharing button
telegram sharing button
gmail sharing button
sharethis sharing button

Krisis Kesehatan Mental Melanda Generasi Z , Apakah “Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)” Masih Efektif dalam Menjaga Kesehatan Mental Para Penerus Bangsa Indonesia ?

Oleh Juki I Lumbantoruan

Masa remaja merupakan periode krusial untuk membentuk kebiasaan sosial dan emosional yang esensial bagi kesehatan mental. Ini mencakup penerapan pola tidur yang sehat, rutin berolahraga, pengembangan keterampilan menghadapi masalah, pemecahan masalah, dan keterampilan interpersonal, serta belajar mengelola emosi. Lingkungan yang mendukung dan melindungi di rumah, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam proses ini. Secara global, diperkirakan 1 dari 7 (14%) anak usia 10–19 tahun mengalami kondisi kesehatan mental, namun sebagian besar kondisi ini masih belum diketahui dan diobati. Remaja dengan kondisi kesehatan mental sangat rentan terhadap pengucilan sosial, diskriminasi, stigma (yang mempengaruhi kesiapan untuk mencari bantuan), kesulitan pendidikan, perilaku mengambil risiko, kesehatan fisik yang buruk, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Bloomberg, sebuah penelitian menunjukkan bahwa krisis kesehatan mental sedang melanda kalangan anak muda di Inggris, menyebabkan banyak dari mereka tidak mampu bekerja dan mengancam masa depan satu generasi jika tidak segera ditangani. Badan ini melaporkan bahwa pada periode 2021-2022, lebih dari seperempat kelompok usia 18-24 tahun mengalami gejala masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan bipolar, meningkat hampir seperempat dari tahun 2000. Badan ini juga mencatat bahwa lebih dari 500 ribu orang dalam kelompok ini mengonsumsi obat antidepresan. Jumlah anak-anak yang dirujuk ke layanan kesehatan mental darurat di Inggris telah meningkat lebih dari 50% dalam tiga tahun terakhir, menurut data yang menunjukkan dampak dari daftar tunggu yang panjang untuk perawatan reguler di National Health Service (NHS). Menurut analisis data resmi oleh Royal College of Psychiatrists, terdapat 32,521 rujukan darurat dan mendesak ke tim krisis layanan kesehatan mental anak dan remaja pada tahun 2022-23. Angka ini meningkat dari 21.242 pada tahun 2019-20, sebelum pandemi Covid. Dengan peningkatan ini, lebih dari 600 anak-anak dengan kondisi kesehatan mental yang semakin memburuk setiap minggunya telah mencapai titik krisis.

Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur prevalensi gangguan mental pada remaja berusia 10 – 17 tahun di Indonesia, menemukan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia mengalami gangguan mental dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Jumlah ini setara dengan sekitar 15,5 juta remaja yang mengalami masalah kesehatan mental dan sekitar 2,45 juta remaja yang didiagnosis mengalami gangguan mental. Remaja dalam kategori ini adalah mereka yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5), yang menjadi pedoman untuk diagnosis gangguan mental di Indonesia.

Remaja yang mengalami gangguan mental mengalami hambatan atau kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari akibat gejala gangguan mental yang mereka alami. Hanya 2,6% dari remaja yang mengalami masalah kesehatan mental menggunakan layanan kesehatan mental atau konseling untuk membantu mereka mengatasi masalah emosi dan perilaku mereka dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Persentase ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah sebenarnya remaja yang memerlukan bantuan untuk mengatasi masalah mental mereka. Sebagai perbandingan, hampir 20% dari total populasi Indonesia berusia 10 – 19 tahun, menjadikan populasi remaja memiliki peran krusial dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam mencapai bonus demografi dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

PKPR, sebuah program pemerintah yang ditujukan untuk remaja, menunjukkan pentingnya perhatian terhadap kesehatan remaja yang harus diperhatikan oleh orangtua. Kepanjangan PKPR adalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja, dan program ini diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) di tingkat Kabupaten/Kota bersama dengan Dinkes tingkat provinsi untuk memberikan layanan kesehatan kepada remaja usia 10-19 tahun. Program PKPR telah dijalankan secara rutin sejak tahun 2003 dan dilaksanakan di lapangan oleh Puskesmas.

Program yang dijalankan oleh PKPR

Program PKPR yang dijalankan oleh Puskesmas PKPR adalah :

-          Pelayanan konseling kepada semua remaja yang memerlukan konseling yang kontak dengan petugas Kesehatan

-          Membina minimal 1 sekolah (sekolah umum; sekolah berbasis agama) dan Melakukan KIE 2 kali setahun

-          Melatih KKR/konselor sebaya 10% jumlah murid di sekolah binaan

Layanan Kesehatan yang tersedia

Secara keseluruhan, semua masalah yang dapat diatasi oleh Puskesmas di tingkat pelayanan dasar juga dapat diatasi di Puskesmas PKPR. Beberapa layanan yang disediakan oleh PKPR meliputi:

1.      Pemeriksaan Kehamilan bagi remaja

2.      Konseling semua masalah Kesehatan Reproduksi dan Seksual

3.      Konsultasi mengenai masalah kejiwaan

4.      HIV&AIDS

5.      Infeksi Menular Seksual (IMS)

6.      Anemia


Bagaimana Remaja Mengakses Puskesmas PKPR

Proses akses terhadap layanan PKPR dimulai dengan kunjungan ke Puskesmas. Ini melibatkan proses pendaftaran, antrian, dan penerimaan layanan. Penting untuk dicatat bahwa belum semua Puskesmas PKPR menyediakan layanan terpisah untuk remaja. Sebagian besar layanan remaja masih tergabung dengan layanan umum. Selain itu, jam operasional Puskesmas sering kali bertepatan dengan jam sekolah. Bagi remaja yang masih bersekolah, hal ini dapat menjadi hambatan dalam mengakses layanan. Beberapa Puskesmas telah memperkenalkan layanan konseling melalui media komunikasi, yang memungkinkan remaja untuk membuat janji terlebih dahulu untuk mendapatkan layanan.

Tantangan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Beberapa tantangan dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) telah diidentifikasi melalui berbagai studi dan laporan :

-          Keterbatasan akses ,pemanfaatan serta sarana dan prasarana

Meskipun PKPR dirancang untuk mudah diakses, masih ada remaja yang tidak memanfaatkan layanan ini secara optimal. Di daerah-daerah terpencil, seperti Maluku dan Papua, rasio tenaga Kesehatan terhadap pasien sangat rendah. Fasilitas yang tersedia di beberapa puskesmas mungkin tidak mencukupi untuk mendukung pelaksanaan program PKPR secara penuh. Untuk menangani permasalahan ini, diperlukan upaya yang lebih besar dari pemerintah dan lembaga terkait untuk memastikan bahwa semua  remaja memiliki akses yang setara terhadap layanan Kesehatan mentak  dan untuk mengurangi ketidaksetaraan tersebut.

-          Kurangnya konselor sebaya

Program ini bertujuan untuk melibatkan remaja sebagai konselor sebaya, namun belum semua puskesmas berhasil membentuk tim konselor sebaya yang efektif.  Walaupun pemerintah telah meningkatkan akses ke berbagai fasilitas kesehatan, hanya sedikit remaja yang mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental mereka. Rendahnya literasi kesehatan mental di kalangan remaja dapat menjadi hambatan bagi mereka dalam mengidentifikasi masalah psikologis yang mereka alami dan mencari bantuan yang sesuai. Konselor sebaya tidak dapat menggantikan peran psikolog, psikiater, atau profesional kesehatan mental lainnya. Ketika menghadapi masalah yang serius, konselor sebaya akan merujuk individu tersebut kepada profesional yang memenuhi standar yang dibutuhkan

-          Pelatihan Tenaga Kesehatan yang belum memadai

Beberapa puskesmas belum menyediakan pelatihan yang cukup bagi tim PKPR, yang penting untuk memastikan kualitas layanan. Pelatihan ini penting untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan dukungan yang efektif dan empatik kepada individu dengan gangguan mental. Ini juga membantu dalam mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental remaja  di masyarakat. Termasuk juga pemerataan tenaga medis yang mumpuni di bidangnya seperti psikiater remaja dan psikiater klinis.

-          Kemitraan yang kurang

PKPR memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak, namun kemitraan yang kuat seringkali belum terbentuk. Keterlibatan Stakeholder sangat diperlukan, terdapat kebutuhan untuk melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan komunitas, namun seringkali keterlibatan ini tidak optimal.

-          Promosi Kesehatan Mental Remaja

Promosi kesehatan mental remaja adalah upaya penting untuk mendukung kesejahteraan dan pengembangan yang sehat di kalangan generasi muda. Penting untuk mengakui bahwa setiap remaja adalah unik, dan pendekatan yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu mereka. Dengan demikian, promosi kesehatan mental harus inklusif, menghargai keberagaman, dan memperhatikan kebutuhan khusus dari setiap remaja

-          Kurangnya Dukungan Keluarga

Kurangnya dukungan keluarga dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental remaja. Kurangnya komunikasi terbuka antara remaja dan anggota keluarga dapat menghambat pemahaman tentang masalah kesehatan mental yang mereka hadapi. Dukungan keluarga yang kuat dan responsif sangat penting untuk membantu remaja menghadapi tantangan kesehatan mental dan membangun ketahanan untuk masa depan merek

-          Pemantauan dan evaluasi yang terbatas: Proses pemantauan dan evaluasi program PKPR belum optimal, yang dapat mempengaruhi peningkatan kualitas layanan. Diperlukan evaluasi yang menyeluruh dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa program PKPR dapat mencapai tujuan nasionalnya, yaitu meningkatkan kesehatan fisik dan mental remaja di Indonesia. Ini melibatkan peningkatan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program, serta pengembangan kapasitas personel dan peningkatan fasilitas dan sumber daya yang tersedia.

Kesimpulan

Masa remaja adalah periode penting untuk membentuk kebiasaan sosial dan emosional yang esensial bagi kesehatan mental. Remaja yang mengalami gangguan mental mengalami hambatan atau kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari akibat gejala gangguan mental yang mereka alami. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesehatan remaja, diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi, untuk remaja usia 10-19 tahun. Dalam prosesnya masih banyak tantangan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) diantaranya Keterbatasan akses , pemanfaatan serta sarana dan prasarana, Kurangnya konselor sebaya, Pelatihan Tenaga Kesehatan yang belum memadai, Kemitraan yang kurang, Promosi Kesehatan Mental Remaja, Kurangnya Dukungan Keluarga, serta Pemantauan dan evaluasi yang terbatas. Harapannya semoga dimasa yang akan datang Keterlibatan Remaja disertakan untuk  Mendorong partisipasi aktif remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program PKPR untuk memastikan bahwa layanan sesuai dengan kebutuhan mereka , sehingga terciptanya remaja sehat secara fisik dan mental mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

 

Referensi

Anggraini, N. (2023). Healthcare Access and Utilization in Rural Communities of Indonesia. Journal of Community Health Provision, 3(1), 14-19. https://doi.org/10.55885/jchp.v3i1.21 diakses 10 Juni 2024

Bloombergtechnoz.2024. Kaum Muda Inggris Krisis Kesehatan Mental, Masa Depan Terancam. https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/30772/kaum-muda-inggris-krisis-kesehatan-mental-masa-depan-terancam diakses 9 Juni 2024

Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS). 2022. Hasil Survei I-NAMHS: Satu dari Tiga Remaja Indonesia Memiliki Masalah Kesehatan Mental . https://ugm.ac.id/id/berita/23086-hasil-survei-i-namhs-satu-dari-tiga-remaja-indonesia-memiliki-masalah-kesehatan-mental/ diakses 9 Juni 2024

Kementerian Kesehatan .2024. WHO Rilis Prinsip Konten Kesehatan Mental Pemuda. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240506/3345413/who-rilis-prinsip-konten-kesehatan-mental-pemuda/ diakses 9 Juni 2024

Kementerian Kesehatan .2024. Mengenal Pentingnya Kesehatan Mental pada Remaja. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/362/mengenal-pentingnya-kesehatan-mental-pada-remaja diakses 9 Juni 2024

Pkm-tarogong.garut. 2018. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. http://pkm-tarogong.garutkab.go.id/2018/07/pkpr-pelayanan-kesehatan-ramah-remaja.html#:~:text=Apa%20itu%20PKPR%20%3F,Provinsi%2C%20untuk%20melayani%20kesehatan%20remaja. diakses 10 Juni 2024

Ourbetterworld.org.2019. Kesehatan Mental di Asia: Angka. https://www.ourbetterworld.org/series/mental-health/support-toolkit/mental-health-asia-numbers?gad_source=1&gclid=CjwKCAjwyJqzBhBaEiwAWDRJVMfvMJKy0KWo8NE3B6n6jyQ-4od_j2idrQZ1GGtctuM886YyBB8VVBoCbloQAvD_BwE&type=resource diakses 9 Juni 2024

Theguardian. 2024. Rujukan darurat kesehatan mental anak-anak di Inggris melonjak sebesar 53%. https://www.theguardian.com/society/2024/feb/07/childrens-emergency-mental-health-referrals-in-england-soar-by-53  diakses 9 Juni 2024

UPTD PKM Rawat Inap Sukadamai. 2022. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja . https://pkmrisukadamai.lampungselatankab.go.id/pelayanan-kesehatan-peduli-remaja  diakses 10 Juni 2024

WHO. 2021. Mental health of adolescents.  https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/adolescent-mental-health  diakses 10 Juni 2024