Artikel Kesehatan (Determinan Faktor Budaya Pada Kejadian Stunting Di Indonesia)
Determinan
Faktor Budaya Pada Kejadian Stunting Di Indonesia
Oleh : Ade Fadly H Masse
Stunting adalah gangguan
pertumbuhan linearitas yang dapat diukur dengan z-score tinggi badan menurut umur (TB/U). Stunting disebabkan oleh
adanya malnutrisi kronis atau penyakit menular kronis. Faktor pendorong dari
terjadinya stunting, bisa disebabkan seperti keadaan sosial ekonomi, nutrisi
yang didapatkan saat kehamilan, morbiditas bayi dan asupan gizi bayi
Ada beragam faktor yang memicu
terjadinya stunting pada anak. Menurut kerangka konseptual WHO, aspek sosial
budaya turut berperan dalam perkembangan anak. Di Indonesia, tingginya angka
stunting sebagian besar dipengaruhi oleh faktor budaya dalam layanan kesehatan,
seperti kepercayaan masyarakat terhadap larangan makanan tertentu yang
mengurangi asupan gizi anak. Beberapa komunitas bahkan menganggap stunting
sebagai hal yang wajar dan tidak memerlukan intervensi medis, melainkan
dianggap sebagai anugerah Tuhan atau takdir yang harus diterima. Keyakinan
semacam itu berpengaruh pada praktik pemberian nutrisi kepada ibu hamil dan
bayi. Selain itu, minimnya pelayanan kesehatan yang mengintegrasikan nilai
budaya turut membuat upaya intervensi gizi terlihat negatif dalam masyarakat
Fakta Tentang Stunting
Stunting adalah kondisi di mana
pertumbuhan anak balita terhambat akibat kekurangan gizi kronis, terutama
selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Ketidakmampuan tumbuh ini disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama serta seringnya terjadi infeksi
berulang, yang semuanya dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang memadai selama
1.000 HPK. Anak dikatakan stunting jika panjang atau tinggi badannya lebih
rendah dari standar nasional yang berlaku. Kekurangan gizi ini bisa dimulai
sejak dalam kandungan dan berlanjut setelah kelahiran, meski gejala stunting
baru tampak setelah anak berusia 2 tahun. Kondisi ini membuat anak berisiko
lebih tinggi terkena penyakit tidak menular saat dewasa, seperti diabetes
melitus, kanker, penyakit jantung, hipertensi, dan lain sebagainya
WHO/United Nations Children's Fund (UNICEF)/ The World Bank (WB) menyatakan bahwa pada tahun 2020, 22% anak di
bawah usia 5 tahun di seluruh dunia mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Antara tahun 2000 dan 2020, prevalensi stunting secara global menurun dari
33,1% menjadi 22%, dan jumlah anak yang terkena dampak turun dari 203,6 juta
menjadi 149,2 juta. Pada tahun 2020, hampir dua dari lima anak dengan stunting
tinggal di Asia Selatan sementara dua dari lima anak lainnya tinggal di sub-Sahara
Afrika
Pengaruh Budaya Pada Kejadian
Stunting
Pengaruh budaya dalam masyarakat secara
signifikan mempengaruhi pola pikir dan perilaku yang dapat menyebabkan stunting
pada anak
1.
Praktik
Pemberian Makan dan Pola Asuh
Budaya yang kuat di masyarakat
berkontribusi pada tingginya angka pemberian makanan pendamping ASI (MPASI)
terlalu dini. Kebanyakan ibu memberikan MPASI dini agar bayi cepat besar,
dengan anggapan bahwa bayi yang lebih gemuk adalah kebanggaan. Namun, obesitas
pada bayi dapat menyebabkan kesulitan aktivitas, sesak napas, tekanan darah
tinggi, dan risiko diabetes akibat makanan tinggi gula
Salah satu contoh lain dalam
budaya Suku Batak, sistem patrilineal memberikan peran sentral kepada ayah
sebagai kepala keluarga, namun, rupanya, keterlibatan mereka dalam urusan
asupan gizi sehari-hari dipercayakan oleh ibu. Ternyata, peran ayah dalam pola
asuh nutrisi juga memiliki dampak penting terhadap kejadian stunting
2.
Pola
Konsumsi Makanan Dalam Budaya Lokal
Budaya negatif mempengaruhi
praktik makan yang kurang baik di kalangan masyarakat, salah satu contoh di
wilayah Lombok, memberi makan pisang dan nasi pada anak di bawah usia 4 bulan. Mereka
juga percaya bahwa diare dan muntah pada balita setelah 6 bulan adalah tanda
pertumbuhan gigi yang sehat. Selain itu, mereka hanya makan ayam pada hari
tertentu, menghindari makanan bersantan dan gorengan karena dianggap
menyebabkan penyakit, dan memanggil “sando” (dukun) untuk air doa saat anak
sakit
3.
Upaya
Pemerintah dan Lembaga Kesehatan
Sementara upaya telah dilakukan
dengan adanya beberapa kebijakan untuk menangani stunting di Indonesia, seperti
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (UU Pangan), UU Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan), Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013
tentang Pemberian ASI Eksklusif (PP ASI Eklusif), dan lain-lain, namun,
implementasinya masih mengecewakan menurut penelitian terkini (Muthiah, 2022)
Terlebih lagi, dalam bulan Juni
2022, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang
Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA) menjadi RUU inisiatif DPR dan telah
dimasukkan ke dalam program legislasi nasional (Prolegnas) prioritas. Dalam
Naskah Akademik RUU KIA, dijelaskan bahwa salah satu alasan utama pembentukan
rancangan undang-undang tersebut adalah untuk mengatasi permasalahan stunting
(DPR, 2022)
Kesimpulan
Memahami faktor budaya dalam
kejadian stunting sangat penting karena budaya mempengaruhi pola makan, pola
asuh, dan keyakinan masyarakat terhadap kesehatan anak. Budaya yang kuat dapat
berdampak signifikan pada praktek pemberian makanan dan kesehatan anak, yang
seringkali menjadi penyebab stunting. Dengan demikian, pendekatan yang
mempertimbangkan aspek budaya sangat diperlukan untuk efektivitas program
penanggulangan stunting.
Selain itu, diperlukan kerjasama
lintas sektor yang melibatkan pemerintah, lembaga kesehatan, komunitas, dan
organisasi non-pemerintah untuk mengatasi masalah stunting melalui pendekatan
budaya. Kolaborasi ini harus mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam
program intervensi gizi dan kesehatan agar dapat diterima dan diterapkan dengan
lebih baik oleh masyarakat.
Referensi
1. Rahmawati A, Nurmawati T, Permata Sari
L. Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Orang Tua tentang Stunting pada
Balita. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery).
2019;6(3):389-395. doi:10.26699/jnk.v6i3.art.p389-395
2. Human Development Worker. Buku Saku
Kader Pembangunan Manusia (KPM) Memastikan Konvergensi Penanganan Stunting Desa.;
2018.
3. Kemenkes RI. p2ptm.kemkes.go.id/sehat 1
dari 3 balita indonesia derita stunting. Published online 2018.
4. Idham Choliq PFWUH. Keperawatan Berbasis
Budaya Sebagai Intervensi Masalah Stunting Di Indonesia.; 2023.
5. Kebijakan Pembangunan B, Kementerian K,
Ri K. Dalam Angka Tim Penyusun SKI 2023 Dalam Angka.; 2023.
6. UNICEF. Data.UNICEF. Stunting has
declined steadily since 2000 – but faster progress is needed to reach the 2030
target. Wasting persists at alarming rates and overweight will require a
reversal in trajectory if the 2030 target is to be achieved. Published 2020.
Accessed December 28, 2021. https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/#:~:text=In%202020*%2C%2022%20per%20cent,203.6%20million%20to%20149.2%20million.
7. WHO. WHO.int. UNICEF / WHO / The World
Bank Group joint child malnutrition estimates: key findings of the 2021
edition. Published 2021. Accessed December 28, 2021.
https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/joint-child-malnutrition-estimates-unicef-who-wb
8. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar.
Published online 2013.
9. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar.
Published online 2018.
10. SSGI. Hasil Survei Status Gizi Indonesia
(SSGI) .; 2022.
11. Teguh M, Koesbardiati T, Ida R, Puspa R,
Syafarani Y. Dampak Budaya Adaptif dan Ideasional dalam Kasus Stunting di
Indonesia. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial. 2023;14(1).
doi:10.46807/aspirasi.v14i1.2896
12. Wahyu A, Sagala LM, Sinaga RM. Faktor
Budaya Batak dengan Kejadian Stunting. Journal of Telenursing (JOTING).
2023;5(2):3642-3648. doi:10.31539/joting.v5i2.7617
13. Sari MR, Asrita DE. Socio-Cultural
Influence on Early Breast Milk Companion Feeding in Bente Village, Mandah
District, Indragiri Hilir Regency.; 2020.
https://journal.neolectura.com/index.php/mnhj
14. Susanti widiasdtuti widiastuti, Marini M,
Anggi Y. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan Dan Budaya
Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Di Puskesmas Ciruas Kabupaten
Serang Tahun 2019. Journal Educational Of Nursing (JEN). 2020;3(1):1-10.
15. Zulfikar Al-Fariqi M, Studi Gizi P,
Kesehatan F, Budaya Dan Pengetahuan Ibu Terhadap Praktik Pemberian Makan Pada
Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Narmada Lombok Barat P, Pricilia Yunika R. Effect
Of Culture And Knowledge Mother With The Practice Of Feeding In Baby In The
Work Area Puskesmas Narmada West Lombok.; 2021.
16. Muthiah N. Efektivitas Implementasi
Kebijakan Penanganan Stunting Di Indonesia Dan Aspek Penting Yang Perlu
Dimasukkan Dalam RUU KIA.; 2022.
17. DPR. Naskah Akademik Rancangan
Undang-Undang tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak. Published online 2022.