Artikel Kesehatan (Pentingnya Peranan Sosial Budaya dalam Mendukung serta Meningkatkan Kesadaran Perawatan Dementia di Indonesia)

facebook sharing button
twitter sharing button
whatsapp sharing button
telegram sharing button
gmail sharing button
sharethis sharing button

Pentingnya Peranan Sosial Budaya dalam Mendukung serta Meningkatkan Kesadaran Perawatan Dementia  di Indonesia

Oleh : Juki I Lumbantoruan

Lansia adalah fase kehidupan yang hampir semua orang akan alami. Saat ini, ketika kita mendengar kata "Lansia," kita cenderung membayangkan seseorang yang lemah dan memiliki banyak masalah kesehatan. Padahal, Lansia sebenarnya bisa menjadi subyek yang berdaya dalam pembangunan kesehatan. Pengalaman hidup membuat Lansia bukan hanya dihormati di lingkungannya, tetapi juga bisa berperan sebagai agen perubahan dalam keluarga dan masyarakat untuk menciptakan keluarga sehat, dengan memanfaatkan pengalaman mereka yang diperkuat dengan pengetahuan kesehatan yang tepat.

Berdasarkan laporan World Alzheimer Report tahun 2019, diperkirakan sekitar 1,8 juta orang di Indonesia menderita demensia. Angka ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 7,5 juta pada tahun 2050 seiring dengan bertambahnya populasi lanjut usia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada tahun 2023, persentase penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia mencapai 11,75%. Provinsi dengan persentase penduduk lansia tertinggi adalah Yogyakarta, dengan angka 16,02%. Pada usia lanjut, kesehatan mental tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial tetapi juga oleh dampak kumulatif dari pengalaman hidup sebelumnya dan pemicu stres yang spesifik terkait penuaan. Orang lanjut usia lebih rentan mengalami peristiwa buruk seperti kehilangan orang terdekat, penurunan pendapatan, atau berkurangnya tujuan hidup saat memasuki masa pensiun. Demensia merupakan sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang secara bertahap merusak sel-sel saraf dan otak, yang biasanya menyebabkan penurunan fungsi kognitif melebihi dari apa yang diharapkan akibat penuaan biologis normal. Walaupun kesadaran biasanya tetap terjaga, gangguan fungsi kognitif ini sering kali diikuti, dan kadang-kadang didahului, oleh perubahan suasana hati, pengendalian emosi, perilaku, atau motivasi.

Peranan Budaya di Indonesia dalam memahami Demensia

Peran budaya sangat penting dalam memahami gejala demensia karena budaya mempengaruhi bagaimana gejala tersebut diinterpretasikan, dikelola, dan dirawat. Berikut adalah beberapa cara budaya memainkan peran dalam memahami demensia:

 

-          Pemahaman Gejala

Dalam beberapa budaya, gejala demensia mungkin dianggap sebagai bagian normal dari proses penuaan, bukan sebagai kondisi medis yang memerlukan perhatian

-          Stigma dan Persepsi

Stigma sosial terkait demensia dapat berbeda antar budaya, yang dapat mempengaruhi kemauan individu dan keluarga untuk mencari bantuan dan dukungan

-          Pendekatan Perawatan

Budaya dapat menentukan siapa yang bertanggung jawab atas perawatan, apakah itu keluarga, masyarakat, atau institusi profesional.

-          Komunikasi dan Interaksi

Budaya juga mempengaruhi cara berkomunikasi dengan penderita demensia, termasuk bahasa, ekspresi non-verbal, dan tingkat keterlibatan emosional.

-          Pengobatan dan Terapi

Preferensi untuk pengobatan tradisional dibandingkan dengan intervensi medis modern dapat bervariasi berdasarkan latar belakang budaya

-          Dukungan Komunitas

Komunitas tertentu mungkin memiliki jaringan dukungan yang kuat untuk keluarga yang merawat anggota keluarga dengan demensia, sementara yang lain mungkin tidak memiliki sumber daya yang sama

Dukungan Meningkatkan Perawatan Demensia yang Kompeten Secara Sosial Budaya

1.      Dukungan Sosial

Dukungan dari keluarga, teman, dan tenaga kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat stres bagi pengasuh keluarga yang merawat pasien demensia. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan dukungan dari tenaga kesehatan juga sangat membantu bagi kesehatan mental lansia untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ekspresi yang menenangkan dan membuat seseorang merasa berharga, seperti kasih sayang, perhatian, dan pengertian dari keluarga dan teman-teman.

2.      Dukungan Informasional oleh Tenaga Kesehatan

Memberikan nasihat, informasi, dan panduan yang berguna untuk mengelola kondisi demensia dan memahami berbagai aspek perawatannya. Mengedukasi pasien dan keluarganya tentang cara-cara untuk beradaptasi dengan perubahan yang diakibatkan oleh demensia, termasuk modifikasi rumah dan kegiatan sehari-hari.

3.      Dukungan Spiritual

Memberikan kekuatan melalui dukungan keagamaan atau spiritual, yang bisa sangat membantu dalam menghadapi tantangan emosional yang diakibatkan oleh demensia. Dalam praktiknya, dukungan spiritual bisa meliputi doa, pembacaan ayat suci, dan ritual keagamaan lainnya yang diyakini dapat memberi penguatan spiritual kepada penderita. Dukungan spiritual dapat menjadi sumber kekuatan yang besar bagi pasien demensia dan keluarga mereka, membantu mereka menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh kondisi tersebut dengan lebih baik.

4.      Keragaman Budaya

Indonesia memiliki keragaman etnis dan budaya yang luas, yang mempengaruhi pandangan sehat dan sakit setiap individu. Perilaku sehat sakit pada setiap orang menggambarkan perilaku budayanya, yang juga berperan dalam menentukan perilaku sakit pada pasien. Penanganan demensia di Indonesia memerlukan pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek medis, psikologis, sosial, dan spiritual, yang sering kali berakar pada tradisi etnis masing-masing. Budaya Jawa mengajarkan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan, termasuk dalam merawat lansia. Ini mencakup rasa hormat, kasih sayang, dan perhatian terhadap kebutuhan fisik dan emosional lansia.

5.      Nilai Budaya

Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh setiap pasien harus dihormati dan dilindungi..Pelayanan keperawatan yang berdasar pada budaya pasien menjadi suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan profesional. Peranan Lansia memiliki andil besar dalam pewarisan budaya dan perlu mendapatkan penanganan yang bijaksana agar bermanfaat bagi generasi penerus. Misalnya Dalam budaya Batak, peran raja hata yang pada umumnya diwakili oleh lansia sangat penting karena mereka memiliki tanggung jawab dalam menjaga tradisi dan mengawal upacara adat. Kedudukan mereka dihormati dan diakui oleh masyarakat setempat. Jadi, raja hata bukan hanya sekadar gelar, tetapi juga memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan adat Batak.

 

 

Referensi :

Alzheimer’s.gop. 2024. Resources for Community and Public Health Professionals: Alzheimer’s and Related Dementias. https://www.alzheimers.gov/professionals/community-public-health

Data Indonesia ID. 2023. Data Sebaran Persentase Penduduk Lansia di Indonesia pada 2023. https://dataindonesia.id/varia/detail/data-sebaran-persentase-penduduk-lansia-di-indonesia-pada-2023

Media Indonesia. 2024. Panti Jompo bukan sekadar Urusan Budaya https://epaper.mediaindonesia.com/detail/panti-jompo-bukan-sekadar-urusan-budaya

O. Batak.ID. Jenis dan Tingkatan Raja dalam masyakat Batak. Jenis dan Tingkatan Raja dalam masyakat Batak - OBATAK

TobaTabo. Tatacara dan Adat Istiadat Upacara Kematian Dan Berkabung Dalam Suku Batak Toba. https://www.tobatabo.com/563+tatacara-dan-adat-istiadat-upacara-kematian-dan-berkabung-dalam-suku-batak-toba.htm

VOA.Indonesia. 2023. Upaya Atasi Alzheimer, Penyebab Utama Demensia, di Indonesia. https://www.voaindonesia.com/a/upaya-atasi-alzheimer-penyebab-utama-demensia-di-indonesia-/7065864.html.